MAKALAH DASAR-DASAR PEMBELAJARAN
BIOLOGI
MODEL DESAIN
PEMBELAJARAN
FRONT-END SYSTEM OLEH ANTHONY
W. BATES
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
KELOMPOK 5
Ichsan Aji K. (
15320005 )
Yul Fatul K. ( 15320038 )
Erisca Khoiriyah Hapsari (
15320088 )
Ainun Nadhifah (
15320105 )
Diah Ayu R. (
15320107 )
Kelas : 3D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU
PENGETAHUAN ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, sebagai salah satu penugasan
mata kuliah Dasar-Dasar Pembelajaran Biologi yang berjudul “Model Desain Pembelajaran Front-End System Oleh Anthony W. Bates” .
Penulisan
makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah dan untuk
memberikan informasi kepada pembaca.
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis maupun secara lisan,
khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Pembelajaran Biologi agar penulis bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya, khususnya memahami
tentang mata kuliah ini.
Semarang, 4 Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembelajaran
merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu
pekerjaan. Untuk meningkatkan proses pembelajaran yang berkualitas, langkah
yang perlu dilakukan adalah menerapkan desain sistem pembelajaran. Desain
pembelajaran merupakan suatu sistem pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan
dalam melaksanakan sebuah kegiatan pembelajaran.
Salah
satu syarat dalam mengembangkan desain pembelajaran adalah prinsip-prinsip
kurikulum dan kondisi pembelajaran. Oleh karena itu, kita harus mengetahui
prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran. Pengembangan pembelajaran adalah
teknik pengelolan dalam mencari masalah instruksional, oleh karena itu,
pengembangan pembelajaran perlu dikembangkan secara sistematis dan sistemik.
Untuk
dapat merancang sebuah sistem pembelajaran kita perlu untuk mengenal
model-model desain sistem pembelajaran. Setiap model memiliki ciri khas
tersendiri yang relevan untuk digunakan dalam mendesain kegiatan pembelajaran
yang spesifik. Setiap model desain pembelajaran mempunyai karakteristik yang
meliputi keunggulan dan keterbatasan untuk digunakan dalam situasi pembelajaran
tertentu. Pemahaman tentang model desain pembelajaran yang baik akan membantu
dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Hal ini akan mmungkinkan
siswa mampu menggapai kompetensi yang dibutuhkan.
Terdapat banyak model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh para
ahli, tetapi dalam kesempatan ini pemakalah hanya mengulas tentang model desain
pembelajaran yang diusung oleh Antony W. Bates.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
hakikat dari desain pembelajaran?
2.
Apa tujuan dari model Front-end System oleh A.W.
Bates?
3.
Bagaimana model Front-end System oleh A.W. Bates?
4. Apa kelebihan
dan kekurangan model Front-End System oleh A.W. Bates?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui hakikat dari desain pembelajaran.
2.
Untuk mengetahui tujuan dari model Front-end System
oleh A.W. Bates.
3.
Untuk mengetahui model Front-end System oleh A.W.
Bates.
4. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan model Front-End System oleh A.W. Bates.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat
Dari Desain Pembelajaran
Herbert Simon (Dick and Carry, 2006),
mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain
adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan
memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian, suatu desain
muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu
desain, orang bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan
suatu persolanan yang dihadapi.
Desain instruksional yang baik harus memiliki
beberapa kriteria, diantaranya berorientasi pada siswa, berpijak pada
pendekatan sistem, dan teruji secara empiris. Desain sistem pembelajaran,
berbeda dengan perencanaan sistem pembelajaran. Walaupun perencanaan
pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran, keduanya memiliki posisi
yang berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengambangan atau
penerjemahan suatu kurikulum sekolah, sedangkan desain menekankan pada proses
merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa seperti yang
dikemukakan oleh Anthony Bates. Dia merancang model pembelajaran terbuka dengan
sistem pendidikan jarak jauh, dimana hal ini dilakukan karena terdapat
hambatan, misalnya usia, lokasi geografis, keterbatasan waktu maupun situasi
ekonomi.
Seorang
guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran yang meliputi silabus dan RPP,
untuk membuat desain pembelajaran, guru harus memahami dan menggunakan model
yang dianggap cocok untuk dikembangkan. Genry
(1994) berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan dengna proses menentukan
tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang
media yang dapat digunakan untuk mencapai efektivitas pencapaian tujuan.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru
memilih model pembelajarn yang sesuai dan efisen untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan
pengelolaan dan pengembangan yang dilakaukan terhadap komponen-komponen
pembelajaran.
2.2
Tujuan Model Front-End System Oleh A.W. Bates
Pembelajaran secara terbuka adalah tujuan utama
atau kebijakan kependidikannya. Karakrakteristik pendidikan terbuka yang
utama dan terpenting adalah menghilangkan semua hambatan untuk belajar. Hal ini
bukan berarti mengharuskan adanya persyaratan bagi siswa untuk belajar, dan
untuk sebagian siswa yang memiliki keterbelakangan, dan sebuah langkah yang
menentukan untuk menyediakan pendidikan pada bentuk yang sesuai untuk
memecahkan masalah keterbelakangan tersebut.
Tujuan yang lain adalah untuk
menciptakan lingkungan belajar jarak jauh yang akan meningkatkan pengalaman
bagi peserta melalui interaksi. Dalam mempertimbangkan pengaturan pendidikan,
Bates juga mengklaim "karena jenis kelamin, ras, dan penampilan fisik,
status, atau pengalaman yang tidak nampak, dan karena akses ke konferensi dapat
dibuat dan disediakan bagi siswa dan guru secara sama, dan setiap orang yang
berpartisipasi yang dinilai semata-mata pada nilai kontribusi mereka, meskipun
hal ini sangat tergantung pada pendekatan yang dilakukan oleh tutor atau
moderator" (Bates, 1995: 11).
2.3
Model Front-End System Oleh A.W. Bates
a. Front-End System
Model
Bates diciptakan oleh Anthony (Tony) Bates berdasarkan pengalaman mengembangkan
pembelajaran terbuka jarak jauh di Canada tahun 1995. Dalam penelitian awal Bates menemukan
fakta bahwa banyak kelemahan dalam pendidikan jarak jauh. Salah satu kelemahannya
adalah minimnya interaksi belajar. Berdasarkan pengamatan Bates kebanyakan
pendidikan jarak jauh berbentuk jiplakan dari pembelajaran tatap muka yang
dipindahkan kedalam bentuk digital dengan tidak mempertimbangkan aspek kekhasan
dari pembelajaran terbuka jarak jauh. Menurut Bates desain pendidikan terbuka
seperti itu tidak memberikan fasilitas belajar mandiri yang optimal. Selain itu
potensi teknologi yang seharusnya berdampak terhadap pelipatgandaan nilai lebih
terhadap efektifitas dan efisiensi proses dan hasil belajar cenderung tidak
signifikan.
Model
desain pembelajaran yang dikemukakan oleh oleh A.W.Bates ini sangat erat
kaitannya dengan pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan untuk
penyelenggaraan Sistem Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ). SPJJ telah digunakan
secara luas sebagai alternatif sistem pendidikan yang dilakukan secara reguler.
Sistem pendidikan ini telah membuka kesempatan yang luas bagi mereka yang tidak
dapat mengikuti sistem pendidikan yang diselenggarakan secara reguler.
Pembelajaran
jarak jauh di sisi lain kekurangan filosofi dan memiliki banyak metode
pendidikan. Siswa dapat belajar pada waktu yang lain, di tempat yang mereka
suka seperti rumah, atau pusat kerja dan pembelajaran, dan tanpa tatap muka
dengan pengajar. Bates berpandangan bahwa penyelenggaraan program SPJJ
dimanapun sangat dipengaruhi oleh penggunaan media dan teknologi sebagai sarana
penyampaian isi atau materi pembelajaran kepada siswa. Dengan kata lain, media
dan teknologi pembelajaran memegang peranan penting terhadap penyampaian isi
atau materi pembelajaran.
Menurut (Moore
dan Kearsley, 2005). Sistem
pendidikan jarak jauh memiliki sejumlah karakteristik yang khas sebagai
berikut:
1. Terpisahnya lokasi tutor dan
siswa secara geografis
2. Adanya dukungan organisasi
penyelenggara program
3. Digunakannya media dan
teknologi pembelajaran
4. Berlangsungnya proses
komunikasi dua arah
5. Terselenggaranya seminar yang
mendukung kegiatan pembelajaran
6. Penyelenggaraan program
pembelajaran berbasis industri.
Model
desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Bates menggambarkan
langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merancang, memilih, mengembangkan
media dan bahan ajar serta menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Selain
itu Bates juga memasukkan unsur-unsur personel yang terlibat dalam
langkah-langkah kegiatan di dalam modelnya. Langkah-langkah sekaligus merupakan
komponen-komponen yang terdapat dalam model.
b.
Langkah-Langkah Model Front-end System
1.
Langkah Pertama
Langkah awal dalam model desain
sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh AW. Bates adalah mengembangkan
kerangka isi atau materi pelajaran (couse outline development).
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam langkah awa model Bates antara
lain :
a)
Mengidentifikasi
sasaran atau siswa,
b)
Menganalisis
kurikulum,
c)
Menentukan
isi/materi pelajaran, dan
d)
Menentukan
pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Langkah Kedua
Langkah kedua dari model Bates adalah memilih media dan
teknologi yang akan digunakan untuk menyampaikan isi/materi pelajaran kepada
sasaran. A.W. Bates (2005: 50) mengemukakan beberapa kriteria yang
dapat digunakan dalam memilih jenis media yang dapat digunakan dalam program
SPJJ yaitu: A (access);C (cost); T (teaching
and learning); I (interactivity); O (organizational issues); N
(novelty); S (speed). ACTIONS merupakan pedoman yang
dapat digunakan untuk memilih jenis media dan bahan ajar yang dapat digunakan
untuk mendukung aktivitas pembelajaran pada program SPJJ. Berikut ini
adalah penjelasan dari konsep ACTIONS:
1. Access
Setiap mahasiswa yang mengikuti program SPJJ harus
memiliki akses untuk mempelajari isi atau materi yang terdapat dalam bahan
ajar. Oleh karena itu pertanyaan yang perlu dijawab dalam memilih dan
menentukan bahan ajar yang digunakan untuk program SPJJ yaitu seberapa besar
akses mahasiswa terhadap penggunaan media dan teknologi.
2. Cost
Faktor biaya merupakan hal yang sangat penting dalam
memilih media dan bahan ajar yang akan digunakan. Seberapa besar biaya yang
diperlukan untuk pengadaan dan produksi media serta bahan ajar dan tingkat
keefektifan biaya dari penggunaan media dan bahan ajar.
3. Teaching and Learning
Jenis media dan bahan ajar yang dipilih harus dapat
mendukung kegiatan pembelajaran pada program SPJJ. Hal yang penting perlu
mendapat perhatian adalah para mahasiswa yang mengikuti program SPJJ memiliki
karakteristik yang sangat berbeda dengan mahasiswa program pendidikan reguler.
Mahasiswa program SPJJ perlu terbiasa untuk melakukan proses mandiri.
4. Interactivity
Belajar merupakan sebuah proses interaksi yang
intensif antara mahasiswa dengan sumber belajar. Dalam hal ini sumber belajar
perlu diartikan dalam konteks yang luas meliputi orang, pesan, teknik, bahan,
proses, dan lingkungan. Melalui penggunaan bahan dan sumber belajar seseorang
akan dapat memperoleh pengetahuan dan kompetensi yang diperlukan.
5. Organizational Change
Penggunaan media dan teknologi seringkali
mengakibatkan terjadinya perubahan struktur organisasi pada lembaga
penyelenggara program SPJJ. Sebagai contoh penggunaan media video dan siaran
televisi mengharuskan institusi SPJJ menambah unit baru yang berperan dalam
mengembangkan dan memproduksi program video pembelajaran.
6. Novelty
Bahan dan media yang digunakan dalam program SPJJ
harus memuat materi atau substansi yang baru. Isi atau materi program dalam
media dan bahan ajar yang digunakan dalam program SPJJ harus mudah
diperbaharui.
7. Speed
Mengenai seberapa cepat mahasiswa dapat memperlajari isi atau
materi program pembelajaran. Kemudian tentang kendala teknis yang dialami mahasiswa
untuk mempelajari isi program. Ini sangat penting karena media dan teknologi
yang dipilih harus menjadi bagian intgeral dari proses dan aktivitas belajar
mahasiswa.
Robert
Heinich (2005) mengemukakan beberapa jenis media yang dapat digunakan untuk
menyampaikan substansi dalam program sistem pendidikan jarak jauh yaitu :
a) Media Cetak
Media cetak merupakan media yang paling umum digunakan
dalam penyelenggaraan program SPJJ. Media cetak bersifat sangat fleksibel untuk
digunakan dalam aktivitas belajar. Dengan media cetak siswa dapat
melakukan random acces saat melakukan proses belajar. Melalui
media cetak siswa dapat mempelajari isi atau materi sesuai dengan kemampuan yang
terdapat dalam diri mereka.
b) Media Audio
Media audio juga merupakan jenis media yang banyak
digunakan dalam program SPJJ. Media audio digunakan dalam dua mode, yaitu untuk
keperluan belajar individual dan untuk disiarkan atau dipancarluaskan melalui
siaran radio. Perkembangan teknologi membuat pengguna program audio dapat
merekam dan menyimpan materi pelajaran dalam format digital yang mudah
dioperasikan dan bersifat portable. Hal ini memberi
kemungkinan bagi mahasiswa untuk belajar dimana saja dan kapan saja.
c) Media Video
Teknologi video memberi keuntungan optimal jika
digunakan sesuai dengan potensi yang dikandungnya. Media video memberi
kesempatan kepada penggunanya untuk belajar melalui unsur suara (audio) dan
gambar (visual) secara simultan. Media ini dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara realistik dan konkret, yang tidak mungkin
disampaikan oleh media cetak.
d) Komputer
Komputer merupakan teknologi komunikasi dan informasi
yang berkembang pesat. Teknologi komputer telah memberikan kontribusi yang
besar terhadap aktivitas kehidupan manusia. Teknologi komputer yang
perkembangannya sangat pesat seperti saat ini telah memungkinkan kita untuk
menggunakannya sebagai sarana pembelajaran interaktif yang mampu menampilkan
tayangan multimedia.
e) Multimedia
Multimedia merupakan konsep yang dapat dimaknai
sebagai program yang mampu menampilakan unsur gambar, teks, suara, animasi, dan
video syang dikontrol melalui program komputer. Tampilan multimedia
memungkinkan penggunanya belajar dengan meggunakan seluruh indera. Sama halnya
seperti program audio dan video, program multimedia dapat direkam dan disimpan
dalam format digital yang mudah pengoperasiannya dan juga bersifat portable.
f) Jaringan Komputer
Jaringan komputer atau internet telah
memberi kemungkinan bagi penggunanya untuk menjelajah ke berbagai penjuru
dunia. Belajar dapat dilakukan dimana saja dengan sumber belajar yang tidak
terbatas. Dalam penyelanggaraan program SPJJ, media internet telah memberi
kemungkinan pada siswa untuk melakukan komunikasi yang intensif dengan tutor
dan sesama siswa. Dengan tersedianya internet, kita dapat menjelajah situs web
yang perlu dipelajari.
3. Langkah Ketiga
Langkah
terakhir dari model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Bates,
yaitu penyampaian isi atau materi pelajaran kepada siswa yang mengikuti program
sistem pendidikan jarak jauh. Dalam hal ini, siswa berperan sebagai target
audience. Untuk mendukung keberhasilan langkah ini diperlukan adanya
beberapa sarana pendukung, yaitu :
a)
Gudang dan sarana penyimpanan dan
bahan ajar,
b)
Perpustakan sebagai tempat mencari
referensi untuk pengembangan bahan ajar dan substansi, serta
c)
Sistem komunikasi dan teknologi
untuk menyampaikan isi atau materi pelajaran kepada siswa.
PENGEMBANGAN
KERANGKA / ISI
SUBSTANSI PROGRAM
|
PEMILIHAN MEDIA
( ACTIONS )
|
PRODUKSI
BAHAN AJAR
|
PENYAMPAIAN
ISI/SUBSTANSI
PROGRAM
|
2.4
Kelebihan dan Kekurangan Model Front-End System Oleh
A.W. Bates
Dibandingkan dengan model pengembangan
instruksional A.W. Bates memiliki kelebihan. Beberapa diantaranya sebagai
berikut:
1.
Langkah pengembangan instruksional pada model
Bates terlihat lebih sederhana dari pada model lainnya. Kesedarhanaannya itu
tidak berarti mengurangi tingkat validasi terhadap produk yang dihasilkan.
Ketika pada model lain validasi dilakukan melalui tes maka pada model Bates
validasi terjadi secara partisipatif mealui kolaborasi tim pengembang dalam
setiap tahapan. Validasi ini lebih kontekstual karena berlandaskan kepada
temuan-temuan langsung pada proses pengembangannya.
2.
Ada kejelasan mengenai tim pengembang dan produk
yang harus dihasilkan pada setiap langkah pengembnagan. Hal ini menjadi panduan
yang mendukung ketercapaian pengerjaan karena dapat diterjemahkan langsung
kedalam road map pelaksanaan
pengembangan.
3.
Kelebihan utama model Bates adalah khusus untuk
mengembangkan sistem pembelajaran jarak jauh e-learning. Sifat ini tidak
didapatkan pada model pengembangan instruksional lain. Kerangka kerja yang
disebut ACTIONS merupakan ciri utama pada model Bates. Kerangka kerja ini
secara implisit menegaskan bahwa dalam e-learning
media bukan sekedar alat melainkan memiliki fungsi pedagogis. Oleh karena itu
ketepatan pemilihan media menentukan kualaitas proses dan hasil belajar. Selain
itu dengan kerangka kerja ini pengembnagn untuk mempertimbangkan berbagai aspek
terkait dengan media secara komprehensif.
Dibalik
beberapa kelebihannya model Bates memiliki kekurangan. Salah satunya adalah
tidak secara eksplisit mencantumkan langkah revisi produk. Dalam sebuah proses
pengembnagan tentu hal ini manjadi kekurangan karena sebuah produk harus
direvisi setelah pengujicobaan. Namun demikian hal itu dapat dipahami karena
dalam setiap langkahnya telah dilakukan validasi internal melalui kolaborasi
dan elaborasi tim pengembang pada setiap langkah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Apabila
antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan bahan pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah model pmbelajaran. Pada
dasarnya model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Model
desain pembelajaran yang dikemukakan oleh oleh A.W.Bates ini sangat erat
kaitannya dengan pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan untuk
penyelenggaraan Sistem Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ). Model Font-end System design
oleh A. W. Bates menggunakan 3 langkah yaitu langkah pertama adalah
mengembangkan kerangka isi atau materi pelajaran (couse outline development),
langkah kedua Bates mengemukakan sebuah konsep yang dapat digunakan sebagai
faktor untuk memilih jenis media dan teknologi yang akan digunakan dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh, dan langkah ketiga yaitu
penyampaian isi atau materi pelajaran kepada siswa yang mengikuti program
sistem pendidikan jarak jauh. Dalam hal ini, siswa berperan sebagai target
audience.
3.2 Saran
Sebagai seorang
calon pendidik atau yang sudah menjadi tenaga pendidik seharusnya memahami dan
mengaplikasikan salah satu atau beberapa model desain pembelajaran yang telah
dikemukakan oleh para ahli diharapkan mampu meningkatkan mutu pembelajaran yang
lebih optimal dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Bates, A. W. 2005. Technology, E-learning and Distance
Education. Canada:
Routledge and
Francis Group.
Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Dian Rakyat.
Pribadi, Benny A. 2014. Pengembangan Program Tutorial Via Media
Teknologi
Video Conference Dalam Sistem Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak
Jauh vol. 15. Universitas Terbuka. Jakarta.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres
Sanjaya, Wina. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana
Prenada Medis Group.
Comments
Post a Comment