MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN SISTEM PENDIDIKAN FINLANDIA

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

SISTEM PENDIDIKAN FINLANDIA
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Dian Riana                                       ( 15320031 )
Rico Pradana S.                     ( 15320082 )
Erisca Khoiriyah Hapsari      ( 15320088 )
Mega Ardiyanti                       ( 15320090 )
Rina Shofiyan Hidayati                  ( 15320133 )
Kelas : 3D
Dosen Pengampu : Azizul Ghofar Candra W, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, sebagai salah satu penugasan mata kuliah Landasan Pendidikan yang berjudul “Sistem Pendidikan Finlandia.”
Penulisan makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah, juga dapat  memberikan informasi kepada pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis maupun secara lisan, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Landasan Pendidikan agar penulis bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya, khususnya memahami tentang mata kuliah ini.



Semarang, 9 Desember 2016 


Penulis                        
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusianya. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang mampu untuk menggunakan semua sumber daya yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan pendidikan dari semua sumber daya manusianya. Tak dapat dielakkan lagi, pendidikan merupakan salah satu aspek yang  memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Terlebih, pendidikan merupakan salah satu pilar pernting bagi peradaban sebuah bangsa. Pendidikan dan kemajuan bangsa bagaikan dua sisi mata uang. Keberadaannya saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Karena itulah, kemajuan sebuah bangsa, sejatinya tidak pernah lepas dari peranan pendidikan.
Setiap negara di dunia ini tentu saja mempunyai sistem pendidikan mereka sendiri. Sistem pendidikan yang diterapkan sekarang dirasa sudah sesuai dengan kondisi masyarakat, terutama para peserta didik. Meskipun sudah diterapkan di suatu negara, bukan berarti sistem pendidikan tersebut tidak memiliki celah dan titik lemah dalam pelaksanaannya, karena memang tidak ada yang dapat dikatakan sempurna. Begitu juga apabila suatu sistem pendidikan sudah berhasil diterapkan di suatu negara, maka tidak berarti sistem tersebut juga dapat berhasil jika diterapkan di negara lain.
Pendidikan di Finlandia merupakan pendidikan yang sangat bagus. Di tempat ini, Finlandia konon memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, dan bahkan terbaik secara Internasional. Selain itu, biaya pendidikan di Finlandia tergolong murah dan terjangkau bila dibandingkan dengan Inggris atau Amerika, bahkan pemerintah memberikan ijin bagi mahasiswa yang berasal dari luar Finlandia untuk bekerja baik fulltime maupun partime untuk memenuhi biaya pendidikan mereka. Finlandia juga menawarkan program studi yang sangat bervariasi, baik jurusan maupun jenjangnya. Hal ini mempermudah siswa dalam mencari sekolah yang sesuai dengan keinginannya.
Dengan begitu banyaknya kelebihan Finlandia di bidang pendidikan, maka ada baiknya Indonesia sedikit berkaca dari sistem pendidikan di Finlandia itu sendiri. Maka dari itulah, kami ingin mengkaji sistem pendidikan di Finlandia sert membandingkan sistem pendidikan di Finlandia dengan Indonesia, agar dapat diambil manfaat yang baik untuk kemajuan bangsa Indonesia.

1.1  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana kebijakan pemerintah terkait tentang pendidikan?
2.      Bagaimanakah kurikulum yang digunakan di Finlandia?
3.      Bagaimana kegiatan pembelajaran di sekolah pada pendidikan di Finlandia?
4.      Bagaimana kebijakan sekolah pada pendidikan di Finlandia?
5.      Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan di Finlandia?
6.      Bagaimana perbandingan sistem pendidikan di Finlandia dan Indonesia?
7.      Apakah peran pemerintah dalam pendidikan di Finlandia?

1.2  Tujuan

1.      Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terkait tentang pendidikan.
2.      Untuk mengetahui kurikulum yang digunakan di Finlandia.
3.      Untuk mengetahui kegiatan pembelajaran di sekolah pada pendidikan di Finlandia.
4.      Untuk mengetahui kebijakan sekolah pada pendidikan di Finlandia.
5.      Untuk mengetahui sarana dan prasarana pendidikan di Finlandia.
6.      Untuk mengetahui perbandingan sistem pendidikan di Finlandia dan Indonesia.
7.      Untuk mengetahui peran pemerintah dalam pendidikan di Finlandia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Kebijakan Pemerintah Terkait Tentang Pendidikan

2.1.1 Tenaga Kependidikan di Finlandia

1.      Syarat Guru
Syarat guru untuk mengajar di Finlandia ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Standar qualifikasi Untuk mendapatkan sertifikat mengajar, calon guru di Finlandia harus menempuh pendidikan tertentu. Bila calon guru belum menyelesaikan jenjang S2, maka ia harus mendaftar di S2 jurusan pendidikan(Master of Education) yang berlangsung selama 4-5 tahun. Namun, bila calon guru sudah menyelesaikan jenjang S2 di luar jurusan pendidikan, maka calon guru tersebut harus mengikuti beberapa program, yaitu: 
·         Master of Education - 1.5-2 years
·         Graduate Diploma of Education - 1 year (equivalent to a teacher certificate program)
·         Masters of Teaching - 1.5 years 
2.      Peningkatan Profesionalitas Guru
Guru adalah ujung tombak dari pendidikan yang berlangsung di dalam kelas. Seiring dengan kemajuan teknologi serta perkembangan pengetahuan, profesionalitasan guru pun harus ditingkatkan. Berbagai program dilakukan untuk meningkatkan profesionalitasan guru di Finlandia. Salah satu program yang dilakukan oleh FLTC (Finlandia Learning and Teaching Council) adalah Teaching Preparations Programs (TPPs) yang ditujukan untuk guru. Program ini telah mulai dilakukan di 39 universitas. Meski demikian, setiap Provinsi memiliki program maupun cara tersendiri untuk meningkatkan profesionalitasan guru mereka.
3.      Gaji Guru
Gaji guru di Finlandia adalah 40 juta perbulan. Hal tersebut mengantarkan gaji guru tertinggi ke-5 di dunia. Sebelum menjadi guru tentunya mereka harus masuk pada fakultas keguruan terlebih dahulu. Di Finlandia untuk masuk ke fakultas keguruan lebih sulit dibandingkan dengan masuk ke fakultas kedokteran.
Otoritas pendidikan di Finlandia mempercayai 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita, sehingga masa ini menjadi strategis untuk mengoptimalkan kerja otak. Finlandia terus mempersiapkan pendidikan anak untuk lebih baik. Pendidikan Anak Usia Dini adalah titik berat pendidikan di Finlandia. Mulai ajak Anak Anda ke PAUD.
5.      Kurikulum yang Konsisten
Kurikulum di negara pendidikan terbaik di dunia ini telah sejak lama mempersiapkan kurikulum mereka. Pendidikan di Finlandia jarang mengganti kurikulum pendidikannya. Mereka terkesan tak mau coba-coba terhadap kurikulum yang baru. Dengan demikian tak akan terjadi kebingungan antara guru dan murid, dan fokus pada tujuan pendidikan tercapai.
6.      Meminimalisir ujian
Pemerintah Finlandia percaya bila ujian banyak itu hanya akan memfokuskan siswa pada nilai sekedar lulus. Pendidikan Finlandia membimbing siswa untuk lebih mandiri, terampil, cerdas, dan kemampuan mencari informasi secara independen. Model pembelajaran di Finlandia mendorong siswa untuk lebih cerdas dan mandiri..
7.      Biaya Pendidikan Ditanggung Negara
Biaya pendidikan di Finlandia ditanggung oleh negara. Dengan penduduk hanya 5 juta jiwa pemerintah mampu menanggung biaya pendidikan sebesar 200 ribu euro. Biaya tersebut per siswa hingga menuju perguruan tinggi. Jadi keluarga miskin dan kaya mampu merasakan kesempatan belajar yang sama.

2.2  Kurikulum Yang Digunakan di Finlandia

Kurikulum di Finlandia salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination and equal treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama. Di Finlandia semua anak punya hak sama dalam pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan si miskin dan semua sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak. Jadi siswa bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama, hal lain yang membuat sistem pendidikan di Finlandia berbeda adalah karena tidak ada assessment atau penilaian. Siswa-siswa di Finlandia dibimbing untuk memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak heran jika di dalam kelas mereka memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak sebagai guru utama dan 1-nya sebagai asisten. Disisi lain berdasarkan hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding and have their say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan. Jadi mereka memiliki hak mendapatkan ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. Mereka juga mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan anak-anak yang membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan untuk diajarkan secara khusus agar mereka mendapatkan hal yang sama seperti anak lainnya.
Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti yang semuanya terbungkus dengan kata orientation, karena kurikulum di Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa belajar isi dari seluruh pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai memperoleh kemampuan menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada disekitar mereka. Maka jika melihat ada tiga kata yang dipakai disini yaitu examine, understand, & experience. Jadi siswa melatih kemudian memahami dan mencoba. Pada hakikatnya siswa di Finlandia tidak belajar isi dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu tersebut. Tentunya dengan fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik desa maupun kota. Hal menarik lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia tidak sebatas hanya di dalam kelas, siswa diajak mengekplorasi pengetahuan secara langsung di luar kelas ketika bahan ajar berkaitan dengan lingkungan. Jadi dalam hal ini siswa tidak semata-mata belajar teori namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan mereka tentang alam demi mendapatkan pengetahuan dari pengalaman secara langsung. Jangan heran jika di Finlandia ada yang namanya Parental engagement, orang tua siswa juga terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka juga secara tidak langsung memiliki ikatan kerjasama dengan sekolah. Tujuannya adalah agar memungkinkan pihak sekolah tahu bakat anak secara akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan si anak lebih tersalurkan di sekolah dengan informasi dari orangtuanya ke pihak sekolah, mereka lakukan dalam bentuk diskusi bersama orangtua dan staff. Orangtua juga memiliki hak mengevaluasi kurikulum sehingga mereka punya hak memberikan saran untuk perkembangan si anak ini adalah peran nyata orangtua dalam pendidikan. Jadi orangtua di Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke sekolah dan terus selesai, mereka punya tanggungjawab sebagai orangtua untuk memonitor kemajuan si anak dengan baik melalui keterlibatan memberikan saran dan pendapat untuk perbaikan kurikulum jika dibutuhkan.
Di Indonesia kurikulum di atur oleh pemerintah pusat dengan keterlibatan mereka yang ahli dalam bidang kurikulum. kurikulum hanya bisa diubah oleh pemerintah sementara masyarakat hanya menjadi konsumen yang patuh dan taat. orangtua didik juga tidak terlibat apapun dalam hal kurikulum. Menerapkan kurikulum dari negara maju sah-sah saja selama diterapkan dengan benar dan tepat sasaran. namun dari itu apakah kita siap mengadopsi sistem negara maju yang mereka memang kondisi pendidikan didukung baik oleh sarana dan prasarana dan guru yang memiliki latar belakang keilmuan dan pengalaman yang baik, sementara di Indonesia, secara kasat mata kita bisa melihat bahwa pendidikan kita sama sekali belum merata. Terlebih jika kita berbicara dengan sekolah-sekolah di pinggiran desa yang jauh dari kata wajar dan bahkan jarang mendapat bantuan, dikunjungipun hampir tidak pernah, dalam kurikulum baru ini guru dituntut lebih mandari dan aktif menciptakan bahan. disini guru dituntut melakukan tiga hal yaitu Guide, teach, explain. guru diharapkan dapat membimbing siswa, mengajarkan mereka dan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Jadi tidak hanya sebatas belajar di sekolah dan selesai. Orangtua harus diajak terlibat dengan pendidikan anak agar mereka mengerti akan apa yang dibutuhkan anak. Dalam hal ini pihak sekolah memiliki peran menghubungkan orangtua dan guru sehingga bakat anak bisa tersalurkan dengan tepat. Orangtua tentu mengetahui bakat anak lebih baik dari guru jadi tugas orangtua adalah berkoordinasi dengan guru melalui keterlibatan dalam evaluasi.

2.3  Kegiatan Pembelajaran di Sekolah Pada Pendidikan di Finlandia

1.      Cara Belajar di Finlandia: 45 Menit Belajar, 15 Menit Istirahat
Untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia belajar, mereka berhak mendapatkan rehat selama 15 menit. Orang-orang Finlandia meyakini bahwa kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang, jika mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru. Mereka juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa toh sebentar lagi mereka akan dapat kembali bermain.
Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas, memiliki jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan. Mereka jadi lebih aktif bergerak dan bermain, tidak hanya duduk di kelas. Bagus juga kan jika tidak membiasakan anak-anak dari kecil untuk terlalu banyak duduk.
2.      Tidak Ada Ujian Nasional
Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka. Hanya terdapat garis pedoman nasional longgar yang harus diikuti. Ujian Nasional pun tidak diperlukan. Pemerintah meyakini bahwa guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling sesuai dengan siswa-siswa mereka. Diversitas siswa seperti keberagaman tingkatan sosial atau latar belakang kultur biasanya jadi tantangan sendiri dalam menyeleraskan mutu pendidikan. Bisa jadi gara-gara fleksibilitas dalam sistem pendidikan Finlandia itu, semua diversitas justru bisa difasilitasi. Jadi dengan caranya sendiri-sendiri, siswa-siswa yang berbeda ini bisa mengembangkan potensinya secara maksimal.
3.      Siswa SD-SMP di Finlandia Cuma Sekolah 4-5 Jam/hari. Untuk Siswa SMP dan SMA, Sistem Pendidikan Seperti di Bangku Kuliah
Tidak hanya jam istirahat yang lebih panjang, jam sekolah di Finlandia juga relatif lebih pendek dibandingkan negara-negara lain. Siswa-siswa SD di Finlandia kebanyakan hanya berada di sekolah selama 4-5 jam per hari. Siswa SMP dan SMA pun mengikuti sistem layaknya kuliah. Mereka hanya akan datang pada jadwal pelajaran yang mereka pilih. Mereka tidak datang merasa terpaksa tapi karena pilihan mereka.
Pendeknya jam belajar justru mendorong mereka untuk lebih produktif. Biasanya pada awal semester, guru-guru justru menyuruh mereka untuk menentukan target atau aktivitas pembelajaran sendiri. Jadi ketika masuk kelas, mereka tidak sekadar tahu dan siap tapi juga tidak sabar untuk memulai proyeknya sendiri.
4.      Tidak Ada Sistem Ranking di Sekolah
Upaya pemerintah meningkatkan mutu sekolah dan guru secara seragam di Finlandia pada akhirnya berujung pada harapan bahwa semua siswa di Finlandia dapat jadi pintar. Tanpa terkecuali. Maka dari itu, mereka tidak mempercayai sistem ranking atau kompetisi yang pada akhirnya hanya akan menghasilkan ‘sejumlah siswa pintar’ dan ‘sejumlah siswa bodoh’.
Walaupun ada bantuan khusus untuk siswa yang merasa butuh, tapi mereka tetap ditempatkan dalam kelas dan program yang sama. Tidak ada juga program akselerasi. Pembelajaran di sekolah berlangsung secara kolaboratif. Bahkan anak dari kelas-kelas berbeda pun sering bertemu untuk kelas campuran. Strategi itu terbukti berhasil karena saat ini Finlandia adalah negara dengan kesenjangan pendidikan terkecil di dunia. Memang, tidak bisa serta merta menyontek sistem pendidikan Finlandia dan langsung menerapkannya di Indonesia. Dengan berbagai perbedaan institusional atau budaya, hasilnya juga mungkin gak bakal sama.

2.4  Kebijakan Sekolah Pada Pendidikan di Finlandia

1.      Anak-anak yang menjadi penduduk disini tidak memulai sekolah sampai usia mereka 7 tahun.
2.      Yang pastinya akan sangat disukai pelajar kita, pendidikan disini tidak ada ujian dan pekerjaan rumah hingga usia mereka remaja.
3.      Kepintaran anak-anak tidak diukur sama sekali selama enam tahun pertama pendidikan mereka.
4.      Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yang diambil ketika anak-anak berada di usia 16 tahun.
5.      Semua anak, pintar atau tidak, diajarkan di kelas yang sama.
6.      Sejumlah 30 persen anak-anak menerima bantuan tambahan selama sembilan tahun pertama mereka sekolah.
7.      Sebanyak 66 persen siswa disini masuk ke perguruan tinggi.
8.      Kelas sains maksimal 16 siswa sehingga mereka dapat melakukan eksperimen praktis setiap kelas.
9.      Kelulusan pelajar di Finlandia dari sekolah tinggi mencapai 93 persen. Persentase ini 17,5 persen lebih tinggi dari Amerika Serikat.
10.  Siswa SMA Finlandia yang meneruskan ke sekolah kejuruan sebanyak 43 persen.
11.  Siswa sekolah dasar di Finlandia mendapatkan 75 menit dari istirahat dalam sehari dibandingkan rata-rata 27 menit di Amerika Serikat.
12.  Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas dan mengambil 2 jam seminggu untuk “pengembangan profesional”.
13.  Finlandia memiliki jumlah yang sama dengan guru diNew York City, namun siswanya jauh lebih sedikit. Sekitar 600.000 siswa dibandingkan dengan 1,1 juta di NYC.
14.  Sistem sekolah adalah 100% didanai negara.
15.  Semua guru di Finlandia harus memiliki gelar master, yang sepenuhnya disubsidi.
16.  Kurikulum nasional hanya menjadi pedoman luas.
17.  Guru dipilih dari 10% lulusan terbaik.
18.  Pada tahun 2010, 6600 pelamar bersaing untuk 660 kursi pada pelatihan sekolah dasar.
19.  Gaji awal rata-rata untuk seorang guru Finlandia adalah $ 29.000 pada tahun 2008. Dibandingkan dengan $ 36.000 di Amerika Serikat.
20.  Namun, guru-guru SMA dengan 15 tahun pengalaman membuat 102 persen dari apa yang lulusan perguruan tinggi lain buat. Di AS, angka ini 62%.
21.  Tidak ada manfaat membayar guru
22.  Guru secara efektif diberi status yang sama seperti dokter dan pengacara
23.  Dalam pengukuran standar internasional pada tahun 2001, anak-anak Finlandia memiliki kecerdasan di atas atau sangat dekat dengan puncak untuk ilmu pengetahuan, dalam membaca dan matematika. Hasil pengukuran ini berjalan konsisten sama selalu sejak saat itu.
24.  Dan meskipun Finlandia, dengan mudah mengalahkan negara-negara dengan demografi yang sama Tetangganya, Norwegia, dengan ukuran yang sama dan menampilkan budaya homogen yang sama, mengikuti strategi yang sama yang sama dan mencapai peringkat yang sama dalam studi internasional.

2.5  Sarana Dan Prasarana Pendidikan di Finlandia

Sarana dan prasarana pendidikan di sekolah sangat memadai, sekolah telah menyiapkan segala sesuatu untuk proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Suasana kelas yang baik, perpustakaan dan workshop yang lengkap serta kebersihan yang terjaga membuat para siswa nyaman di sekolah. Kebutuhan untuk praktik pada setiap mata pelajaran sudah tersedia sekolah, sehingga siswa tidak perlu membawa bahan seperti kertas, gunting, lem ataupun kanvas, cat dan sebagainya. Bahkan untuk kegiatan fotografi-pun sekolah menyediakan beberapa kamera yang baik dan dapat dipakai siswa. kondisi ini dijumpai dari TK sampai SMA, bahkan untuk siswa tidak perlu makan di kantin, karena sekolah telah menyediakan makan siang untuk siswa dengan didukung peralatan dapur yang modern, yang mencakup sekitar sepertiga dari kebutuhan gizi sehari-hari yang paling penting di antaranya adalah sekolah dan kesehatan gratis i. Selain itu, siswa sekolah komprehensif berhak menerima buku-buku dan bahan-bahan gratis dan gratis transportasi perjalanan sekolah jika siswa mengalami kesulitan dalam perjalanan ke sekolah.

1.1  Perbandingan Sistem Pendidikan di Finlandia dan Indonesia

FINLANDIA
INDONESIA
v  1. Besarnya anggaran pendidikan yang dialokasikan pemerintah Finlandia. Beasiswa diberikan pada warga sejak taman kanak-kanak hingga mereka menempu kuliah S3 (program doktoral). Keberanian Finlandia dalam pengucuran anggaran pendidikan yang besar ditopang oleh pendapatan perkapita penduduknya dari hasil hutan cukup tinggi, sekitar 37.460 dollar AS atau sekitar 342 juta rupiah pertahun. Sementara jumlah penduduk sedikit. Akan tetapi keberhasilan pendidikan di Finlandia juga didukung iklim politik yang bagus.
    2. Kegemaran membaca aktif didorong. Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia. Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV.
    3. Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki. Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari the best ten lulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur. Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination  untuk masuk PT. Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk sekolah negeri.
    4. Sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional Finlandia disumbangkan oleh meningkatnya mutu pendidikan. Dari negeri agraris yang tak terkenal kini Finlandia maju di bidang teknologi. Produk HP Nokia misalnya merajai pasar HP dunia. Itulah keajaiban pendidikan Finlandia.
    5.  Masalah kualitas guru di Finlandia kiranya tak perlu dipersoalkan mutunya. Sudah dipastikan guru-guru di Finladia adalah guru bermutu tinggi. Karena para guru dipilih yang paling berkualitas dan terlatih. Dan untuk bisa kuliah di jurusan pendidikan harus bersaing ketat, lebih ketat ketimbang persaingan di fakultas-fakultas bergengsi lainnya. Biasanya dari 7 peminat hanya 1 orang saja yang diterima. Padahal di Finlandia gaji guru tidak begitu besar. Tetapi negara dan rakyat Finladia menempatkan guru sebagai jabatan terhormat dan mereka yang menyandang jabatan itu pun juga merasa mendapat sebuah prestisius dan kebanggaan. Puncak kebanggaan mereka berhasil mendidik anak didik bukan berhasil memanipulasi nilai siswa.
    6. Para guru di Finlandia akan selalu mengatakan “Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya.”
v  Guru Finlandia sangat bertanggungjawab, minimal pada kelangsungan masa depan anak didiknya termasuk pendidikan lanjutan yang akan ditempuh anak didik itu. Sementara nilai siswa sama sekali tidak dianggap penting.
    7. Guru-guru di Finlandia dibebaskan untyuk menggunakan metode kelas apapun, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Ujian bukan hal utama dan sakral, tetapi ujian hanya digunakan untuk mengetahui kualifikasi siswa di sebuah universitas.
    8. Kewibawaan guru demikian tinggi di mata murid, karena mereka sangat menghindari kritikan pada pekerjaan murid, tetapi mereka mengajak murid tersebut membandingkan dengan nilai sebelumnya. Lebih-lebih mengatakan “kamu salah” pada murid adalah sangat dihindari oleh guru-guru Finlandia. Para guru melihat sebagai hal biasa jika siswa melakukan kesalahan, termasuk dalam hal mengerjakan soal-soal.
    9. Siswa di Finlandia juga diarahkan mampu mengevaluasi secara mandiri akan hasil belajarnya. Dan itu diterapkan sejak dini/pra TK. Mereka didorong bekerja secara individu tak peduli apapun hasilnya. “Ini akan membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri,” kata Sundstrom, seorang Kepala Sekolah Dasar di Poikkilaakso, Finlandia.
Sampsa Vourio, seorang guru di Torpparinmaki Comprehensive School, Finlandia menjelaskan kalau sistem pendidikan di negaranya dijalankan sangat demikratis.
     10.  Prestasi siswa, terletak pada prosesnya, buka pada hasil akhirnya. Artinya, jika ada PR, mereka tidak harus mengerjakannya secara sempurna. Yang penting murid sudah menunjukkan hasil usahanya, itu sudah dianggap cukup.
     11. Dalam hal alokasi waktu belajar di sekolah, sebenarnya tidak banyak waktu yang dibebankan pada murid, rata-rata cuma 30 jam per-minggu. Usia masuk sekolah juga tergolong lambat, yaitu usia 7 tahun.
Ø    1. Pemerintah cenderung memprioritaskan anggaran hanya untuk cenderung yang tidak penting, anggaran untuk pendidikan hanya kecil yang diberikan pemerintah. Sehingga banyak institusi pendidikan yang kurang memadai dari segi fasilitas maupun tenaga pengajarnya.
Ø  . 2. Kita masih asyik memborbardir siswa dengan sekian banyak tes (ulangan harian, ulangan blok, ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional). Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan pendidikan SMA mengikutimatriculation examination untuk masuk PT.
3.  Kita masih getol menerapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga siswa yang gagal tes harus mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut kebijakan automatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas.
4.  Kita masih berpikir bahwa PR amat penting untuk membiasakan siswa disiplin belajar. Bahkan, di sekolah tertentu, tiada hari tanpa PR. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir tapi maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah.
5. Kita masih pusing meningkatkan kualifikasi guru SD agar setara dengan S1, di Finlandia semua guru harus tamatan S2.
6. Kita masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di Finlandia the best tenlulusan universitas yang diterima menjadi guru.
7.  Kita masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia para guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode serta buku pelajaran sesuai dengan pertimbangannya.
8.  Hanya segelintir guru di tanah air yang membuat proses belajar-mengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Terbanyak guru masih getol mengajar satu arah dengan metode ceramah amat dominan. Sedangkan, di Finlandia terbanyak guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci keberhasilan dalam belajar.
9.  Di tanah air kita terseret arus mengkotak-kotakkan siswa dalam kelas reguler dan kelas anak pintar, kelas anak lamban berbahasa Indonesia dan kelas bilingual (bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar) dan membuatpengkastaan sekolah (sekolah berstandar nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional, sekolah negeri yang dianakemaskan dan sekolah swasta yangdianaktirikan). Sebaliknya di Finlandia, tidak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta mendapatkan besaran dana yang sama dengan sekolah negeri.
10. Di Indonesia bahasa Inggris wajib diajarkan sejak kelas I SMP, di Finlandia bahasa Inggris mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.
11. Di Indonesia siswa-siswa kita ke sekolah sebanyak 220 hari dalam setahun (termasuk negara yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia). Sebaliknya, siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia. Kita masih menganut pandangan bahwa semakin sering ke sekolah anak makin pintar, mereka malah berpandangan semakin banyak hari libur anak makin pintar.
12. Sistem pendidikan saat ini seperti lingkaran setan, jika ada yang mengatakan bahwa tidak perlu UN karena yang mengetahui karakteristik siswa di sekolah adalah guru, pernyataan tersebut betul sekali, namun pada kenyataannya di lapangan, sering kali saya lihat nilai raport yang dimanipulasi, jarang bahkan mungkin tidak ada guru yang tidak memanipulasi nilainya dengan berbagai macam alasan, kasihan siswanya, supaya terlihat guru tersebut berhasil dalam mengajar, karena tidak boleh ada nilai 4.

1.1  Peran Pemerintah Dalam Pendidikan di Finlandia

Pemerintahan di Finlandia adalah pemerintah yang peduli terhadap dunia pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah di Finlandia untuk memajukan pendidikan di negaranya. Beberapa peran tersebut antara lain:
1.      Menyupply pendanaan pendidikan untuk pemerintah federal, sementara masalah akreditasi ditangani oleh pemerintah Provinsi, karena perguruan tinggi terdapat di Provinsi yang berbeda.
2.       Adanya lembaga audit nasional yaitu bertugas untuk memeriksa sistem yang diterapkan di lembaga pendidikan dan badan akreditasi. Lembaga ini menerbitkan laporan pemeriksaan, termasuk rekomendasi.
3.      Melakukan system penjaminan mutu. System penjaminan mutu dilakukan oleh pemerintah, lembaga audit, dan lembaga pendidikan itu sendiri. Pemerintah bertugas dalam pendanaan, lembaga audit berperan sebagai pemeriksa, sedangkan lembaga pendidikan bertugas untuk afirmasi (melakukan self review, menemukan masalah, kemudian menganalisa bagian yang akan dikembangkan/dibangun).
4.       Kepedulian pemerintah. pemerintah finlandia mengeluarkan banyak biaya untuk kemajuan pendidikan negaranya dengan sekolah gratis 9 tahun . bahkan sekolah swasta diberika dana oleh pemerintah agar dapat menyelenggarakan pendidikan gratis. pemerintah juga turut andil dalam menumbuhkan minat baca pada rakyat nya dengan memberikan buku gambar gratis kepada pasangan orang tua baru. perpustakaan yang dapat diakses dengan mudah dan fasilitas pendidikan lainnya.
5.      Merupakan kebijakan dari pemerintah setempat untuk menyediakan pendidikan gratis bagi semua pelajar dan mahasiswa di negara yang beriklim ekstrim di musim dingin ini. Selain terbebas dari tuition fee, institusi pendidikan tingkat tinggi juga sangat didukung oleh sistem fasilitas yang sangat memadai. 
6.      Perpustakaan, internet, laboratorium, online learning platform, hanya merupakan sebagian dari fasilitas-fasilitas yang disediakan secara cuma-cuma. Berbagai macam buku dapat diakses di berbagai perpusatakaan, baik perpustakaan institusi maupun kota. Setiap jurusan program selalu mendapat akses laboratori yang lengkap dan mudah diakses, dan setiap institusi selalu mempunyai online learning platform dimana para mahasiswa dapat mengakses berbagai materi pelajaran kelas secara online.
7.      Leo Pahkin, konselor pendidikan dari Badan Pendidikan Nasional Finlandia terus menggenjot mutu pendidikan di Finlandia yang dipandangnya sebagai aset kemajuan bangsa. “Kami menanam investasi yang besar di bidang pendidikan dan pelatihan, agar kami bisa mencetak tenaga ahli dan terampil yang nantinya menghasilkaninovasi.

BAB III

PENUTUP

2.1  Kesimpulan

        Masih banyaknya kekurangan sistem pendidikan di Indonesia jika dibandingkan dengan sistem pendidikan Finlandia yang dalam bentuk kecilnya dimulai dari peraturan dewan sekolah untuk para siswanya.
            Indonesia masih bisa memperbaiki dan meninjau ulang system pendidikan yang telah lama dipakai di Indonesia, dengan demikian maka system pendidikan di Indonesia bisa paling tidak naik pada peringkat kualifikasi penilaian oleh dewan pendidikan internasional.
            Dengan begitu Indonesia bisa lebih bangga dengan system pendidikan yang dimilikinya, karena dengan demikian juga maka kualitas pendidikan di Indonesia akan bisa disandingkan dengan Negara lainya didunia.

2.2  Saran

            Indonesia bisa meninjau dan merevisi kembali system pendidikan yang telah lama dipakai di Indonesia, dengan tujuan bisa memperbaiki kekurangan yang ada pada system pendidikan Indonesia. Dengan begitu maka otomatis kualitas pendidikan dan siswa usia sekolah bisa menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia, sekaligus sebagai tolak ukur tingkat kemajuan Negara Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan .


 


DAFTAR PUSTAKA


 

Comments

Popular posts from this blog

ORGAN EKSKRESI GINJAL